TEORI MANAJEMEN KLASIK
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Mary
Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Kata manajemen
mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti
"mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang
berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata
ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan
kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan
kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa
Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris
menjadi ménagement, yang
memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Banyak kesulitan yang
terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen
telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanyapiramida di Mesir. Piramida tersebut
dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan
berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa memedulikan apa sebutan untuk
manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir
manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan
menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya
dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin
terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan
menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen
lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu
menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia
mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang
lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata
Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian,
bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan
model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya.
Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan
pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan
biaya.
Daniel Wren
membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era
manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20,
terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi
pada tahun 1776, ketika Adam Smithmenerbitkan sebuah
doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia
mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian
kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam
tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik
peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh
orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat
menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap
orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat
hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan
bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya
keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang
dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat
menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua
yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri
menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang
berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat
khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer
ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan,
memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan,
mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai
dikembangkan oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
Frederick Winslow
Taylor.
Era ini ditandai dengan
berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor,Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson Manajemen ilmiah,
atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh
Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific
Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu,
Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah
untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa
penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai
tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yang pernah
bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya
seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin
(industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik
untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan
untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah
kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang
dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu
yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai
dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan
oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada
awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan
lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah,
mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai
digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan
tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu,
Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan
dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting
lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan
suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk
organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan
dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang
impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang
ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi
tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang
bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut
menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya
terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori
statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal
dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk
menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada
tahun 1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai
Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen
terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku
ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentangorganisasi.
Era manusia sosial
Era manusia sosial
ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam
pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone
dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric
Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini
awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu
terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata
insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih
sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan
kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti
menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu
utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya
datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan
pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah
menerbitkan buku berjudulCreative Experience pada tahun 1924. Follet
mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk
mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya
bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan
mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata
lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok
daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya
memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester
Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the
Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka
untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan
antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi
"efektif-efisien".
Menurut Barnard,
efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh
mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal
sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi
merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi,
kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga
mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan
bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Era modern
Era modern ditandai
dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality
management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru
manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and
Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming
berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari
kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan
kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat
bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya
biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang
lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market
share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas
perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan
meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya
tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang
dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena
faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada
"prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan
trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan
kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami
kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat
solusi, dan diimplementasikan.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah
kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth
berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap
gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia
yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini,
untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi
untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari,
menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama
keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap).
Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih
tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka
dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya,
Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja
melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan
juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang
tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior
berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata
interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan
saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih
produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif
adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu
manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear
digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber
daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis)
dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model
kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu
manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif
muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah
militer selama Perang Dunia II. Setelah perang
berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis.
Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para perwira
yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini
menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki
pengambilan keputusan di Ford.
Klasifikasi
Ada 6 macam teori
manajamen diantaranya:
§ Aliran klasik: Aliran ini
mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian
dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
§ Aliran perilaku: Aliran ini sering
disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya
pada aspek manusia da perlunya manajemen memahami manusia.
§ Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan
matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran
ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk
menjelaskan masalah manajemen.
§ Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan
pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan
teorinya.
§ Aliran manajemen
berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan
pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada
pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
§ Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu
memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau
konsumen.
TEORI
PERILAKU
Pengertian Perilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia”
Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan
yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan
mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu,
misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah
bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan
sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang
membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada
dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab
itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh –
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia,
pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
·
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan /
kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang
lain.
·
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan
bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun
bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
·
Faktor internal yaitu karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
·
Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan
fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007
hal 139)
Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
Dalam bab ini kita akan memfokuskan
pada tiga paham manajemen yang telah mapan.
1. Paham
klasik
1. Manajemen
ilmiah (scientific
management)
2. Teori
organisasi klasik (classical
organization theory)
3. Paham
perilaku (behavioral)
4. Paham
ilmu manajemen (manajemen
science)
Walaupun paham-paham ini dibentuk
secara historis, gagasan yang menyusul bukannya menggantikan paham sebelumnya.
Pada saat yang sama masing-masing paham terus berkembang. Jadi, kita juga akan
membahas dua pendekatan manajemen mutakhir yang akan memadukan bermacam-macam
teori, yaitu pendekatan sistem dan pendekatan kontingensi.
1. A. Para Ahli Teori
Manajemen Klasik
Upaya untuk mengembangkan teori dan
prinsip manajemen relatif baru saja dilakukan. Revolusi industry pada abad
ke-19 secara khusus menyebabkan tumbuhnya kebutuhan akan adanya pendekatan yang
sistematis mengenai manajemen. Pengembangan teknologi baru pada waktu itu
memusatkan bahan baku dan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar ke dalam
pabrik. Barang-barang dihasilkan dalam jumlah besar dan harus didistribusikan
secara luas. Bahwa semua ini harus diatur menunjukkan adanya masalah manajemen.
1. 1. Pelopor-Pelopor
Manajemen Ilmiah
a) Robert Owen (1771-1858)
·
Jabatan manajer adalah pengubah.
·
Yang terbaik dalam menanamkan modal adalah pekerja,
atau seperti disebutnya “mesin vital”.
b) Charles Babbage (1792-1871)
·
Penerapan prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja
akan meningkatkan produktivitas dan menekankan biaya.
·
Setiap pekerjaan dalam pabrik harus dipecah hingga
bermacam-macam ketrampilan yang terlibat dapat dipisahkan.
·
Setiap pekerja dididik satu ketrampilan khusus dan
harus bertanggung jawab pada sebagian dari keseluruhan proses.
·
Teori dari Charles Babbage menekankan pada efisiensi
di segala aspek.
c) Frederick W. Taylor (1856-1915)
·
Taylor mendasarkan system manajemennya pada penelitian
waktu kerja.
·
Taylor memberikan upah kepada pekerja yang memiliki
produktifitas lebih tinggi (differential rate system)
sehingga pekerja tidak takut bekerja lebih cepat karena akan digaji lebih
kecil.
·
Memberhentikan atau memindahkan pekerja yang
produktifitasnya dibawah standar.
·
memberikan waktu istirahat dan hari kerja diperpendek.
·
Meningkatkan ketelitian pekerjaan dua pertiga kalinya
dengan mempekerjakan 35 pengawas menggantikan 120 pekerja.
Filsafat Di belakang Teknik Taylor
1)
Perkembangan manajemen ilmiah yang sebenarnya, sehingga misalnya motoda yang
terbaik untuk melakukan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
2)
Pemilihan yang ilmiah terhadap pekerja, sehingga setiap pekerja dapat diberi
tanggung jawab atas tugas yang paling cocok baginya.
3)
Pendidikan dan pengembangan ilmiah untuk para pekerja.
4)
Kerjasama yang erat antara manajemen dan pekerja.
d) Henry L. Gantt (1861-1919)
·
Menggantikan system pengupahan diferensial (yang
dikemukakan Taylor) dengan gagasan baru. Setiap pekerja yang menyelesaikan
tugas yang dibebankan kepadanya dia berhak menerima bonus 50 sen dollar untuk
hari itu.
·
Mandor akan menerima bonus jika seluruh pekerja juga
memenuhi standar kerja. Sehingga mandor akan terdorong untuk lebih melatih
pekerjanya untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik.
·
Mengumumkan hasil penilaian terhadap pekerjaan
karyawan.
e) Suami-istri Gilberth
·
Dalam konsepsi Gilberth, gerakan dan kelelahan saling
berkaitan, setiap gerakan yang dihilangkan juga menimbulkan kelelahan.
·
Dengan menggunakan kamera film ia berusaha mencari
gerakan yang paling menghemat untuk setiap pekerjaan, dengan demikian menaikkan
prestasi dan mengurangi kelelahan.
·
Gilberth berpendapat bahwa penelitian gerakan akan
meningkatkan semangat pekerja karena keuntungan fisik.
·
Suami-istri Gilberth mengembangkan suatu rencana tiga
kedudukan untuk kenaikan jabatan yang dimaksudkan untuk pengembangan karyawan
sekaligus pendorong semangat.
1. 2. Sumbangan dan
Keterbatasan Manajemen Ilmiah
a) Sumbangan
·
Setiap orang mengerjakan tugasnya sendiri sesuai
dengan kemampuan masing-masing sehingga lebih produktif.
·
Teknik-teknik efisiensi dari manajemen ilmiah
menyadarkan kita bahwa gerakan fisik dan alat-alat yang terlibat dalam suatu
pekerjaan dapat dibuat lebih masuk akal dan efisien.
·
Penekanan pada pemilihan dan pengembangan ilmiah para
pekerja membuat kita melihat pentingnya kemampuan dan latihan-latihan untuk
meningkatkan efektifitas kerja.
·
Memberikan rancangan kerja dan mendorong para manajer
untuk menemukan satu cara terbaikuntuk melaksanakan pekerjaan.
b) Keterbatasan
·
Seringkali peningkatan produktifitas mengakibatkan
pemberhentian pekerja.
·
Mayoritas kemenangan ada di pihak buruh.
·
Taylor dan pengikutnya memandang buruh hanya
mementingkan kebutuhan ekonomi dan fisik, tetapi mereka tidak memperhatikan
kebutuhan sosial.
·
Pembela manajemen ilmiah juga tidak melihat keinginan
akan kepuasan kerja.
1. 3. Pelopor-Pelopor
Teori Organisasi Klasik
a) Henry Fayol
·
Henry Fayol merupakan pendiri teori organisasi klasik.
·
Fayol berpendapat bahwa praktek-praktek manajemen yang
baikmempunyai suatu pola tertentu yang dapat dikenali dan dianalisis.
·
Menurut Fayol, manajemen bukanlah suatu bakat tetapi
ketrampilan. Sehingga ketrampilan manajemen dapat diasah dan dipelajari.
Kegiatan Suatu Perusahaan dan Fungsi
Seorang Manajemen
Dalam mengembangkan ilmu manajemen
Fayol membagi perusahaan dalam beberapa kegiatan, masing-masing tergantung satu
sama lain.
1)
Teknis, memproduksi dan membuat produk.
2)
Perdagangan, membeli bahan baku dan menjual produk.
3)
Keuangan, mencari dan menggunakan modal
4)
Keamanan, melindungi para pekerja dan harta
5)
Akuntansi, mencatat dan mengecek biaya, keuntungan, kewajiban, menyediakan
neraca, dan mengumpulkan statistic
6)
Manajerial
Prinsip-Prinsip Manajemen Fuyol
·
pembagian kerja
·
otoritas
·
disiplin
·
kesatuan perintah
·
kesatuan pengarahan
·
mengemudiankan kepentingan pribadi di atas kepentingan
umum
·
pemberian upah
·
pemusatan
·
jenjang jabatan
·
teratur
·
kesamaan
·
kestabilan staff
·
inisiatif
·
semangat korps
b) Mary Parker Follett (1868-1933) =>
Teori Peralihan
·
Follet meyakini tak seorangpun dapat menjadi manusia
utuh kecuali sebagai kelompok
·
Follet berpendapat bahwa agar manajemen dan pekerja
benar-benar dapat menjadi bagian dari suatu kelompok, pandangan tradisional
harus ditinggalkan yang menyatakan bahwa manajer dan pekerja dalam kasta
berbeda dan tidak satu kesatuan.
c) Chester I. Barnard (1886-1961) =>
Teori Peralihan
·
Menurut Bernard, manusia berkumpul dalam organisasi
untuk mendapatkan hal-hal yang mereka tidak mampu mengerjakannya sendiri.
·
Thesis utama Bernard: suatu perusahaan dapat bekerja
secara efisien dan tetap hidup hanya kalau tujuan organisasi dan tujuan
perorangan dapat dijaga seimbang.
1. B. Aliran Perilaku:
Organisasi Itu Orang
2. 1. Hugo Munsterberg
(1863-1916) dan Kelahiran Psikologi Industri
Ia menyarankan bahwa produktifitas
dapat ditingkatkan dengan tiga jalan:
1)
Menemukan orang yang terbaik.
2)
Dengan menciptakan pekerjaan yang terbaik.
3)
Dengan menggunakan pengaruh psikologis.
1. 2. Elton Mayo dan
Gerakan Hubungan Antar Manusia
Kalau manajer merangsang kerja yang
lebih keras dan baik dalam organisasi, berarti terdapat hubungan yang baik pula
dalam organisasi tersebut. untuk mengetahui mengapa karyawan bertindak seperti
itu manajer harus mengetahui factor-faktor sosial dan psikologis apa saja yang
mempengaruhinya.
1. 3. Sumbangan
dan Batasan Pendekatan Hubungan Antar Manusia
a) Sumbangan
·
Mayo menekankan pentingnya gaya manajer dan oleh
karenanya merombak training manajemen.
·
Makin banyak perhatian dipusatkan pada ketrampilan
pengajaran mengelola manusia, bukan teknik.
·
Para manajer mulai berpikir dalam proses pembentukan
kelompok dan balas jasa kelompok.
b) Batasan
teori ini merupakan imbangan yang
penting terhadap model teori klasik sebelumnya. Namun, upaya untuk meningkatkan
produksi selama tahun 1950-an dengan cara memperbaiki kondisi kerja dan
kepuasan pekerja tidak menghasilkan kenaikan produktivitas yang hebat seperti
diharapkan. Hal itu terjadi karena teori ini tidak sepenuhnya menjelaskan
perorangan dalam tempat kerja.
1. C. Aliran
Kuantitatif: Riset Operasi (Operation Research) dan Ilmu Manajemen
(Manajemen Science)
Dewasa ini, pendekatan ilmu
manajemen untuk memecahkan masalah dimulai ketika suatu gabungan tim ahli
spesialis dari disiplin ilmu yang bersangkutan dikumpulkan untuk menganalisis
masalah dan memberikan usul tindakan pemecahan kepada manajemen. Tim itu membentuk
model matematika yang membuat simulasi dari masalahnya. Model itu menunjukkan,
dalam simbol-simbol, faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dan bagaimana
hubungan antara faktor-faktor itu. Dengan mengubah-ubah nilai variable dalam
model itu dan menganalisis persamaan yang berbeda-beda dalam model itu dengan
komputer, tim dapat menentukan pengaruh apa yang dapat terjadi karena adanya
perubahan itu. Akhirnya, tim ilmu manajemen menyajikan kepada manajemen
dasar-dasar yang rasional untuk membuat keputusan.
Sumbangan dan Batasan Pendekatan Ilmu
Manajemen
a) Sumbangan
Teknik-teknik ilmu manajemen digunakan dalam kegiatan-kegiatan seperti penganggaran modal (capital budgeting) dan manajemen arus kas (cash flow manajemen), penjadwalan produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan karyawan, manajemen persediaan, dan penjadwalan pesawat terbang.
Teknik-teknik ilmu manajemen digunakan dalam kegiatan-kegiatan seperti penganggaran modal (capital budgeting) dan manajemen arus kas (cash flow manajemen), penjadwalan produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan karyawan, manajemen persediaan, dan penjadwalan pesawat terbang.
b) Batasan
Sumbangan manajemen yang terbanyak adalah pada kegiatan perencanaan dan pengendaliannya. Tetapi masih sangat sederhana di bidang pengorganisasian,staffing, dan kepemimpinan organisasi. Beberapa ahli ilmu manajemen merasa bahwa mereka belum mencapai potensi yang penuh dalam memecahkan masalah manajemen karena jauh dan kurangnya kesadaran akan masalah dan kendala yang dihadapi para manajer.
Sumbangan manajemen yang terbanyak adalah pada kegiatan perencanaan dan pengendaliannya. Tetapi masih sangat sederhana di bidang pengorganisasian,staffing, dan kepemimpinan organisasi. Beberapa ahli ilmu manajemen merasa bahwa mereka belum mencapai potensi yang penuh dalam memecahkan masalah manajemen karena jauh dan kurangnya kesadaran akan masalah dan kendala yang dihadapi para manajer.
1. D. Evolusi Teori
Manajemen
Ada lima arah yang mungkin dalam
evolusi teori manajemen:
1)
Dominan (dominance).
Satu aliran utama saja akan muncul menjadi yang paling berguna.
2)
Pemencaran (divergence).
Masing-masing aliran utama dapat membelok dari jalurnya, dengan sedikit saja
teori dari yang lain.
3)
Konvergen (convergence).
Aliran-aliran itu bisa akhirnya banyak persamaannya, dengan batas semakin
kabur.
4)
Sintesa (synthesis).
Ahli-ahli teori yang lain memandang konvergensi (penggabungan) yang terlihat
sekarang ini akan mengarah pada integrasi (paduan) perspektif aliran-aliran
yang ada.
5)
Perkembang-biakan (proliferation). Sebagai kemungkinan terakhir, masih akan
timbul lebih banyak aliran atau perspektif.
1. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem pada manajemen
berusaha untuk memandang suatu organisasi sebagai system yang dipersatukan dan
berguna yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan. Teori system
menaruh perhatian pada dinamika dan sifat keterkaitannya organisasi dan tugas
manajemen. Jadi, teori sistem memberikan kerangka dimana kita bisa membuat
perencanaan tindakan dan mempersiapkan diri terhadap akibat langsung maupun
akibat jangka panjang, dan sekaligus memberikan kesempatan pada kita untuk
memahami hambatan-hambatan yang tidak terduga.
2. Pendekatan Kontingensi
Menurut teori kontingensi, tugas
para manajer adalah menentukan teknik mana dalam situasi tertentu, dalam
suasana tertentu, dan pada waktu tertentu akan paling baik menyumbang pada
pencapaian tujuan organisasi.
Pendekatan kontingensi berusaha
menentukan factor-faktor yang menentukandalam suatu tugas atau hal tertentu,
dan menjelaskan hubungan fungsional antara factor-faktor yang saling
berhubungan. Karena itu, penganut pendekatanini menganggapnya sebagai cabang
yang memimpin dalam pemikiran manajemen sekarang ini.
http://id.wikipedia.org