widget

Minggu, 15 Januari 2012

RANGKUMAN BAB 2.3 tentang Evolusi Teori Manajemen


TEORI MANAJEMEN KLASIK

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanyapiramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Egypt.Giza.Sphinx.01.jpg/200px-Egypt.Giza.Sphinx.01.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota VenesiaItalia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smithmenerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b7/Frederick_Winslow_Taylor.JPG/200px-Frederick_Winslow_Taylor.JPG
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Frederick Winslow Taylor.
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry TowneFrederick Winslow Taylor,Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentangorganisasi.
Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudulCreative Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Era modern
Era modern ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran.  Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistikmodel optimasimodel informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
Klasifikasi
Ada 6 macam teori manajamen diantaranya:
§  Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
§  Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia da perlunya manajemen memahami manusia.
§  Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
§  Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
§  Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
§  Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.

TEORI PERILAKU
Pengertian Perilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku.  Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal  114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

·         Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.
·         Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

·         Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
·         Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)

Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1)    Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2)    Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3)    Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4)    Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5)    Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
Dalam bab ini kita akan memfokuskan pada tiga paham manajemen yang telah mapan.
1.     Paham klasik
1.     Manajemen ilmiah (scientific management)
2.     Teori organisasi klasik (classical organization theory)
3.     Paham perilaku (behavioral)
4.     Paham ilmu manajemen (manajemen science)
Walaupun paham-paham ini dibentuk secara historis, gagasan yang menyusul bukannya menggantikan paham sebelumnya. Pada saat yang sama masing-masing paham terus berkembang. Jadi, kita juga akan membahas dua pendekatan manajemen mutakhir yang akan memadukan bermacam-macam teori, yaitu pendekatan sistem dan pendekatan kontingensi.


1.     A. Para Ahli Teori Manajemen Klasik
Upaya untuk mengembangkan teori dan prinsip manajemen relatif baru saja dilakukan. Revolusi industry pada abad ke-19 secara khusus menyebabkan tumbuhnya kebutuhan akan adanya pendekatan yang sistematis mengenai manajemen. Pengembangan teknologi baru pada waktu itu memusatkan bahan baku dan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar ke dalam pabrik. Barang-barang dihasilkan dalam jumlah besar dan harus didistribusikan secara luas. Bahwa semua ini harus diatur menunjukkan adanya masalah manajemen.

1.     1. Pelopor-Pelopor Manajemen Ilmiah
a) Robert Owen (1771-1858)
·         Jabatan manajer adalah pengubah.
·         Yang terbaik dalam menanamkan modal adalah pekerja, atau seperti disebutnya “mesin vital”.
b) Charles Babbage (1792-1871)
·         Penerapan prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan meningkatkan produktivitas dan menekankan biaya.
·         Setiap pekerjaan dalam pabrik harus dipecah hingga bermacam-macam ketrampilan yang terlibat dapat dipisahkan.
·         Setiap pekerja dididik satu ketrampilan khusus dan harus bertanggung jawab pada sebagian dari keseluruhan proses.
·         Teori dari Charles Babbage menekankan pada efisiensi di segala aspek.
c) Frederick W. Taylor (1856-1915)
·         Taylor mendasarkan system manajemennya pada penelitian waktu kerja.
·         Taylor memberikan upah kepada pekerja yang memiliki produktifitas lebih tinggi (differential rate system) sehingga pekerja tidak takut bekerja lebih cepat karena akan digaji lebih kecil.
·         Memberhentikan atau memindahkan pekerja yang produktifitasnya dibawah standar.
·         memberikan waktu istirahat dan hari kerja diperpendek.
·         Meningkatkan ketelitian pekerjaan dua pertiga kalinya dengan mempekerjakan 35 pengawas menggantikan 120 pekerja.
Filsafat Di belakang Teknik Taylor
1)      Perkembangan manajemen ilmiah yang sebenarnya, sehingga misalnya motoda yang terbaik untuk melakukan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
2)      Pemilihan yang ilmiah terhadap pekerja, sehingga setiap pekerja dapat diberi tanggung jawab atas tugas yang paling cocok baginya.
3)      Pendidikan dan pengembangan ilmiah untuk para pekerja.
4)      Kerjasama yang erat antara manajemen dan pekerja.
d) Henry L. Gantt (1861-1919)
·         Menggantikan system pengupahan diferensial (yang dikemukakan Taylor) dengan gagasan baru. Setiap pekerja yang menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya dia berhak menerima bonus 50 sen dollar untuk hari itu.
·         Mandor akan menerima bonus jika seluruh pekerja juga memenuhi standar kerja. Sehingga mandor akan terdorong untuk lebih melatih pekerjanya untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik.
·         Mengumumkan hasil penilaian terhadap pekerjaan karyawan.
e) Suami-istri Gilberth
·         Dalam konsepsi Gilberth, gerakan dan kelelahan saling berkaitan, setiap gerakan yang dihilangkan juga menimbulkan kelelahan.
·         Dengan menggunakan kamera film ia berusaha mencari gerakan yang paling menghemat untuk setiap pekerjaan, dengan demikian menaikkan prestasi dan mengurangi kelelahan.
·         Gilberth berpendapat bahwa penelitian gerakan akan meningkatkan semangat pekerja karena keuntungan fisik.
·         Suami-istri Gilberth mengembangkan suatu rencana tiga kedudukan untuk kenaikan jabatan yang dimaksudkan untuk pengembangan karyawan sekaligus pendorong semangat.

1.     2. Sumbangan dan Keterbatasan Manajemen Ilmiah
a) Sumbangan
·         Setiap orang mengerjakan tugasnya sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga lebih produktif.
·         Teknik-teknik efisiensi dari manajemen ilmiah menyadarkan kita bahwa gerakan fisik dan alat-alat yang terlibat dalam suatu pekerjaan dapat dibuat lebih masuk akal dan efisien.
·         Penekanan pada pemilihan dan pengembangan ilmiah para pekerja membuat kita melihat pentingnya kemampuan dan latihan-latihan untuk meningkatkan efektifitas kerja.
·         Memberikan rancangan kerja dan mendorong para manajer untuk menemukan satu cara terbaikuntuk melaksanakan pekerjaan.
b) Keterbatasan
·         Seringkali peningkatan produktifitas mengakibatkan pemberhentian pekerja.
·         Mayoritas kemenangan ada di pihak buruh.
·         Taylor dan pengikutnya memandang buruh hanya mementingkan kebutuhan ekonomi dan fisik, tetapi mereka tidak memperhatikan kebutuhan sosial.
·         Pembela manajemen ilmiah juga tidak melihat keinginan akan kepuasan kerja.

1.     3. Pelopor-Pelopor Teori Organisasi Klasik
a) Henry Fayol
·         Henry Fayol merupakan pendiri teori organisasi klasik.
·         Fayol berpendapat bahwa praktek-praktek manajemen yang baikmempunyai suatu pola tertentu yang dapat dikenali dan dianalisis.
·         Menurut Fayol, manajemen bukanlah suatu bakat tetapi ketrampilan. Sehingga ketrampilan manajemen dapat diasah dan dipelajari.
Kegiatan Suatu Perusahaan dan Fungsi Seorang Manajemen
Dalam mengembangkan ilmu manajemen Fayol membagi perusahaan dalam beberapa kegiatan, masing-masing tergantung satu sama lain.
1)      Teknis, memproduksi dan membuat produk.
2)      Perdagangan, membeli bahan baku dan menjual produk.
3)      Keuangan, mencari dan menggunakan modal
4)      Keamanan, melindungi para pekerja dan harta
5)      Akuntansi, mencatat dan mengecek biaya, keuntungan, kewajiban, menyediakan neraca, dan mengumpulkan statistic
6)      Manajerial
Prinsip-Prinsip Manajemen Fuyol
·         pembagian kerja
·         otoritas
·         disiplin
·         kesatuan perintah
·         kesatuan pengarahan
·         mengemudiankan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum
·         pemberian upah
·         pemusatan
·         jenjang jabatan
·         teratur
·         kesamaan
·         kestabilan staff
·         inisiatif
·         semangat korps
b) Mary Parker Follett (1868-1933) => Teori Peralihan
·         Follet meyakini tak seorangpun dapat menjadi manusia utuh kecuali sebagai kelompok
·         Follet berpendapat bahwa agar manajemen dan pekerja benar-benar dapat menjadi bagian dari suatu kelompok, pandangan tradisional harus ditinggalkan yang menyatakan bahwa manajer dan pekerja dalam kasta berbeda dan tidak satu kesatuan.
c) Chester I. Barnard (1886-1961) => Teori Peralihan
·         Menurut Bernard, manusia berkumpul dalam organisasi untuk mendapatkan hal-hal yang mereka tidak mampu mengerjakannya sendiri.
·         Thesis utama Bernard: suatu perusahaan dapat bekerja secara efisien dan tetap hidup hanya kalau tujuan organisasi dan tujuan perorangan dapat dijaga seimbang.

1.     B. Aliran Perilaku: Organisasi Itu Orang
2.     1. Hugo Munsterberg (1863-1916) dan Kelahiran Psikologi Industri
Ia menyarankan bahwa produktifitas dapat ditingkatkan dengan tiga jalan:
1)      Menemukan orang yang terbaik.
2)      Dengan menciptakan pekerjaan yang terbaik.
3)      Dengan menggunakan pengaruh psikologis.
1.     2. Elton Mayo dan Gerakan Hubungan Antar Manusia
Kalau manajer merangsang kerja yang lebih keras dan baik dalam organisasi, berarti terdapat hubungan yang baik pula dalam organisasi tersebut. untuk mengetahui mengapa karyawan bertindak seperti itu manajer harus mengetahui factor-faktor sosial dan psikologis apa saja yang mempengaruhinya.
1.     3. Sumbangan dan Batasan Pendekatan Hubungan Antar Manusia
a) Sumbangan
·         Mayo menekankan pentingnya gaya manajer dan oleh karenanya merombak training manajemen.
·         Makin banyak perhatian dipusatkan pada ketrampilan pengajaran mengelola manusia, bukan teknik.
·         Para manajer mulai berpikir dalam proses pembentukan kelompok dan balas jasa kelompok.
b) Batasan
teori ini merupakan imbangan yang penting terhadap model teori klasik sebelumnya. Namun, upaya untuk meningkatkan produksi selama tahun 1950-an dengan cara memperbaiki kondisi kerja dan kepuasan pekerja tidak menghasilkan kenaikan produktivitas yang hebat seperti diharapkan. Hal itu terjadi karena teori ini tidak sepenuhnya menjelaskan perorangan dalam tempat kerja.


1.     C. Aliran Kuantitatif: Riset Operasi (Operation Research) dan Ilmu Manajemen (Manajemen Science)
Dewasa ini, pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah dimulai ketika suatu gabungan tim ahli spesialis dari disiplin ilmu yang bersangkutan dikumpulkan untuk menganalisis masalah dan memberikan usul tindakan pemecahan kepada manajemen. Tim itu membentuk model matematika yang membuat simulasi dari masalahnya. Model itu menunjukkan, dalam simbol-simbol, faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dan bagaimana hubungan antara faktor-faktor itu. Dengan mengubah-ubah nilai variable dalam model itu dan menganalisis persamaan yang berbeda-beda dalam model itu dengan komputer, tim dapat menentukan pengaruh apa yang dapat terjadi karena adanya perubahan itu. Akhirnya, tim ilmu manajemen menyajikan kepada manajemen dasar-dasar yang rasional untuk membuat keputusan.

Sumbangan dan Batasan Pendekatan Ilmu Manajemen
a) Sumbangan
Teknik-teknik ilmu manajemen digunakan dalam kegiatan-kegiatan seperti penganggaran modal (
capital budgeting) dan manajemen arus kas (cash flow manajemen), penjadwalan produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan karyawan, manajemen persediaan, dan penjadwalan pesawat terbang.
b) Batasan
Sumbangan manajemen yang terbanyak adalah pada kegiatan perencanaan dan pengendaliannya. Tetapi masih sangat sederhana di bidang pengorganisasian,
staffing, dan kepemimpinan organisasi. Beberapa ahli ilmu manajemen merasa bahwa mereka belum mencapai potensi yang penuh dalam memecahkan masalah manajemen karena jauh dan kurangnya kesadaran akan masalah dan kendala yang dihadapi para manajer.


1.     D. Evolusi Teori Manajemen
Ada lima arah yang mungkin dalam evolusi teori manajemen:
1)      Dominan (dominance). Satu aliran utama saja akan muncul menjadi yang paling berguna.
2)      Pemencaran (divergence). Masing-masing aliran utama dapat membelok dari jalurnya, dengan sedikit saja teori dari yang lain.
3)      Konvergen (convergence). Aliran-aliran itu bisa akhirnya banyak persamaannya, dengan batas semakin kabur.
4)      Sintesa (synthesis). Ahli-ahli teori yang lain memandang konvergensi (penggabungan) yang terlihat sekarang ini akan mengarah pada integrasi (paduan) perspektif aliran-aliran yang ada.
5)      Perkembang-biakan (proliferation). Sebagai kemungkinan terakhir, masih akan timbul lebih banyak aliran atau perspektif.
1.  Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem pada manajemen berusaha untuk memandang suatu organisasi sebagai system yang dipersatukan dan berguna yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan. Teori system menaruh perhatian pada dinamika dan sifat keterkaitannya organisasi dan tugas manajemen. Jadi, teori sistem memberikan kerangka dimana kita bisa membuat perencanaan tindakan dan mempersiapkan diri terhadap akibat langsung maupun akibat jangka panjang, dan sekaligus memberikan kesempatan pada kita untuk memahami hambatan-hambatan yang tidak terduga.
2.  Pendekatan Kontingensi
Menurut teori kontingensi, tugas para manajer adalah menentukan teknik mana dalam situasi tertentu, dalam suasana tertentu, dan pada waktu tertentu akan paling baik menyumbang pada pencapaian tujuan organisasi.
Pendekatan kontingensi berusaha menentukan factor-faktor yang menentukandalam suatu tugas atau hal tertentu, dan menjelaskan hubungan fungsional antara factor-faktor yang saling berhubungan. Karena itu, penganut pendekatanini menganggapnya sebagai cabang yang memimpin dalam pemikiran manajemen sekarang ini.
http://id.wikipedia.org